Wednesday, June 20, 2007

Ruang Publik Kian Tidak Nyaman


TEMPAT-TEMPAT umum kini secara sadar menjadi pilihan untuk mengakhiri hidup bagi mereka yang putus asa. Tapi tidak kurang pula sejumlah orang menemui ajal di ruang publik semata karena musibah.

Bocah Livia Mudita, 6, tewas saat jatuh dari lantai tiga ITC Mega Grosir Surabaya pada Minggu (3/6) lalu. Saat itu Livia lepas dari orang tuanya dan bermain di sekitar eskalator. Bocah itu memanjat tangga eskalator, dan kemudian jatuh ke lantai dasar.

Sehari kemudian, Senin (4/6), di lokasi yang sama seorang wanita muda Mujayanah, 30, terjun dari lantai empat. Dia diduga bunuh diri. Meski sempat dirawat di Rumah Sakit Adi Husada Surabaya, perempuan asal Senori, Tuban, Jawa Timur, itu akhirnya meninggal dunia.

Sebelumnya, Andrew Given, 3, meninggal tertimpa rak barang saat mengikuti orang tuanya ke pusat perbelanjaan Carrefour Mangga Dua, Jakarta. Saat itu, kedua orang tuanya berada tidak jauh dari Andrew.

Juga sebuah keluarga, tiga orang, tewas seketika saat mobil yang mereka tumpangi terjun dari tempat parkir di lantai 6 ITC Permata Hijau, Jakarta, Kamis, 17 Mei lalu. Mobil keluarga Affandi Rusli itu menabrak pagar dan menjebol tembok sebelum terjun bebas. Ternyata tembok itu tidak dilapisi besi beton.

Berbagai tragedi itu menunjukkan bahwa ruang publik seperti pusat perbelanjaan dan mal bukan lagi tempat yang nyaman dan aman. Bagi orang dewasa yang putus asa, tempat-tempat itu bisa untuk mempertontonkan kenekatan bunuh diri. Dan bagi anak-anak yang lolos dari pengawasan orang tua, juga menjadi tempat yang bisa mengancam keselamatan jiwa.

Seharusnya, ruang publik secara fisik memenuhi standar konstruksi bangunan.

Pagar harus benar-benar kuat dan terjamin. Tembok harus dilapisi besi beton. Di tempat parkir, harus ada pipa penghalang yang membatasi ruas jalan dengan tembok sehingga bisa mencegah kendaraan terjungkal dari ketinggian lantai parkir.

Pengelola ruang publik harus pula membuat sistem informasi bagi pengunjung. Perlu dipasang papan pengumuman di setiap pojok untuk mengingatkan orang tua maupun para pengunjung umum. Juga melalui pengeras suara, misalnya, pengelola tidak boleh alpa mengingatkan orang tua agar jangan melepas anak-anak sendirian.

Atau pula melalui televisi layar lebar, pengelola senantiasa mengingatkan pengunjung agar berhati-hati terhadap pencopet, terhadap aneka hipnotis yang kian marak, juga terhadap pengidap penyakit menular.

Peringatan juga perlu diberikan kepada pengunjung agar memerhatikan tingkah laku orang-orang di sekitar yang mungkin berniat melakukan suatu tindakan fatal, bunuh diri misalnya.

Para pengunjung juga tidak boleh bebas dari sejumlah kewajiban. Disiplin dan kesadaran sedang berada di ruang publik dapat mencegah berbagai musibah yang mungkin terjadi. Orang tua yang membawa anak-anaknya ke ruang publik harus memberi segenap perhatian. Orang tua tidak boleh melepas anak-anak sendirian, kemudian sibuk dan asyik sendiri berbelanja atau menonton pameran mobil.

Kelengahan orang tua di ruang publik bisa berakibat fatal bagi anak-anak. Oleh karena itu, orang tua harus tetap berkonsentrasi menjaga anaknya.

Ruang publik adalah tempat bersama. Pencoleng, penodong, penculik ada di sekitar kita. Karena itu, menjaga diri dan anggota keluarga adalah kewajiban sebelum mengarahkan telunjuk kepada pengelola ruang publik.

No comments: